Jumat, 30 April 2010

Merancang Strategi Inovasi

Hidup barangkali kini terasa makin nyaman, dan untuk itu kita layak
memberikan ucapan terima kasih pada para inovator yang telah
mempersembahkan aneka produk inovatif dihadapan kita. Dua dekade
silam, kita mungkin tak pernah membayangkan betapa kita bisa
melayangkan sederet kalimat romantis pada kekasih kita melalui
medium SMS. Atau, juga melakukan chatting dengan kawan
diseberang samudera melalui fasilitas internet. Karena itu, siapa tahu
dua puluh lima tahun lagi kita bisa menikmati mobil terbang,
melayang diatas jalanan kota Jakarta sambil menikmati pendaran
emas menara Monas?
Ya kini tiap hari rasanya kita senantiasa disuguhi aneka produk yang
menawarkan sejumput inovasi demi sebuah kenikmatan hidup. Mulai
dari produk kamera digital, internet banking, media televisi diatas
screen telpon genggam, hingga produk celana-dalam-sekali-pakaikemudian-
dibuang. Hidup memang terus bergerak, dan setiap
perusahaan seperti dipacu untuk terus meluncurkan aneka produk
baru. Dengan kata lain, tanpa inovasi, sebuah perusahaan hampir
pasti akan terpelanting mati dalam sirkuit persaingan bisnis yang kian
brutal. Persoalannya kemudian adalah : bagaimana caranya suatu
perusahaan bisa menjadi lebih inovatif; bukan hanya dalam aneka
produk yang dibuat, namun juga dalam rangkaian proses pengelolaan
manajemennya? Sejumlah penyelidikan menyebut tiga aspek kunci
yang layak digenggam dalam perlombaan menjadi sang jawara inovasi.
Aspek yang pertama adalah, penciptaan iklim inovasi dalam denyut
kehidupan suatu perusahaan. Tentu saja harus segera disebut bahwa
penciptaan iklim ini tidak hanya dapat dilakukan melalui aneka slogan
atau lips service belaka. Iklim ini hanya bisa mekar melalui sistem
pengelolaan manajemen yang demokratis, bergerak cair dalam lintas
www.strategimanajemen.net 15
departemen, dan diusung melalui pola kepemimpinan yang terbuka
terhadap beragam ide baru, betapapun radikalnya ide baru itu. Dalam
kenyataannnya, pola kepemimpinan yang demokratis bahkan disebut
sebagai faktor kunci bagi mekarnya kreativitas diantara para karyawan.
Tanpa pola kepemimpinan yang empowering, maka barisan karyawan
yang penuh daya kreativitas sekalipun, niscaya akan layu dan
tenggelam dalam frustasi lantaran ide-idenya selalu terbentur dengan
tembok birokrasi yang mematikan.
Aspek yang kedua, adalah adanya visi dan arah yang jelas mengenai
strategi perusahaan menghadapi lansekap pasar masa depan. Tanpa
strategi yang jelas, acapkali proses inovatif yang telah dimunculkan
hanya akan berputar-putar ditempat tanpa mampu diterjemahkan
menjadi produk unggul yang menguntungkan dan menang di pasaran.
Kisah klasik yang tragis mengenai kehebatan para peneliti di Xerox
mungkin layak disebut disini.
Pada tahun 70an, para peneliti Xerox inilah yang pertama kali
menemukan teknologi mouse, dan juga tampilan windows yang kini
menghiasi setiap layar komputer. Namun tragisnya, para petinggi
Xerox tidak mampu melihat itu semua sebagai strategi penciptaan
produk yang menguntungkan. Pada akhirnya, perusahaan lainnya
yang kemudian mengeksploitasi beragam temuan inovatif itu menjadi
aneka produk legendaris. Pesannya barangkali jelas : sebuah
perusahaan mesti menempatkan segenap proses inovasinya dalam
payung strategi yang jelas mengenai masa depan. Tanpa itu, maka
proses inovasi yang melelahkan hanya akan berujung pada kegagalan
yang tragis.
Aspek yang terakhir yang juga layak diperhatikan ketika perusahaan
hendak berinovasi adalah kepekaan mengantisipasi kebutuhan masa
depan pelanggan. Keberhasilan fenomenal Apple dalam mendesain
www.strategimanajemen.net 16
dan menjual iPod sungguh tak lepas dari kepaiawaian mereka dalam
mengendus perubahan gaya hidup pelanggan menuju digital lifestyle.
Dan kini, mereka mencoba menduplikasi kesuksesan iPod dengan
meluncurkan iPhone, sebuah produk inovatif yang mengundang
banyak decak kagum.
Kisah sukses Apple ini mengindikasikan bahwa strategi inovasi yang
jitu mesti harus selalu ditautkan dengan dinamika kebutuhan
pelanggan, atac acap disebut sebagai customer driven innovation
strategy.
Proses menjadi perusahaan yang inovatif memang tidaklah mudah.
Dibutuhkan energi, nafas yang panjang dan juga kreativitas yang
jempolan untuk melaksanakan tiga aspek diatas secara optimal.
Namun kini ketika hidup terus bergerak kearah yang makin hipermodern,
barangkali pilihannya memang tinggal inovasi atau mati. Mati
pelan-pelan dalam kuburan produk-produk usang yang membosankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar