Jumat, 30 April 2010

Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak

Dalam tulisan mengenai Law of Attaction (Hukum Tarik Menarik) —
yang telah Anda baca dalam bagian sebelumnya — kita telah
membahas mengenai betapa sesungguhnya pola pikir dan rajutan
imajinasi kita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sejarah
masa depan hidup kita.
Itulah mengapa kaum bijak bestari memberi petuah agar kita bisa
selalu melentikkan api optimisme dalam diri kita dan juga mampu
merawat pola pikir positif. Positif melihat masa depan kita, positif
melihat segenap tantangan yang menghadang, dan positif dalam
berpikir serta berimajinasi.
Soalnya kemudian adalah : menginjeksikan daya positif ke dalam selsel
otak kita ternyata tak semudah membikin indomie rebus. Acap
ketika dihadapkan pada tantangan yang membuncah atau kerumitan
masalah yang menghadang, pikiran kita langsung goyah dan berpikir :
ah, saya memang tidak mampu melakukannya…..saya mungkin tidak
bisa meraih impian yang saya cita-citakan…..yah, memang ini suratan
nasib saya…….(Duh!).
Jadi bagaimana dong? Apa yang mesti dilakoni agar mentalitas positif
dan spirit keyakinan itu tak langsung layu ketika badai tantangan
datang menghadang? Apa yang mesti diziarahi agar virus positiv itu
terus menancap dalam serat otak kita bahkan ketika lautan masalah
terus menggelora, menghantam biduk perjalanan kita?
Beruntung, para ahli saraf (neurolog) telah menemukan jawabannya.
Dan jawabannya terletak pada empat level gelombang otak kita.
Melalui serangkaian eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG
www.strategimanajemen.net 55
(Electro EncephaloGram), mereka menemukan ternyata terdapat
empat level getaran dalam otak kita. Mari kita simak bersama empat
gelombang kesadaran itu.
Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah berada pada
kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Inilah
kondisi normal yang kita alami sehari-hari ketika sedang terjaga (tidak
tidur). Kita berada pada frekuensi ini ketika kita bekerja,
berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang kita hadapi,
dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya
rasa cemas, khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak kita
dalam kondisi beta adalah seperti dibawah ini.
Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi
ini, kita akan berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman
dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita
merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Berikut gambar gelombang
alpha.
Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan
berada pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang mendalam,
deep-meditation, dan “mampu mendengar” nurani bawah sadar. Inilah
kondisi yang mungkin diraih oleh para ulama dan biksu ketika mereka
www.strategimanajemen.net 56
melantunkan doa ditengah keheningan malam pada Sang Ilahi. Berikut
gambar gelombang otak kita ketika berada dalam kondisi theta.
Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika orang
tengah tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam frekuensi ini otak
memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan kita.
Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya
sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan
tubuh tetap merasa segar.
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan keyakinan
positif dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak
kita tengah berada pada kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta).
Dalam frekuensi inilah, kita bisa menginjeksikan energi positif dalam
setiap jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila kita merajut
keyakinan positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha,
maka rajutan itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita.
Pada gilirannya, hal ini akan memberikan pengaruh yang amat
dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses menuju puncak
keberhasilan yang diimpikan.
Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar kita bisa
berada kondisi alpha?
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat
tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen,
mungkin medianya adalah dengan melakukan “retreat”).
www.strategimanajemen.net 57
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momen-momen
kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi, selalu ada
perasaan keheningan yang menggetarkan, perasaan khusyu’ yang
sungguh menghanyutkan. Saya berpikir perasaan ini muncul karena
saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha. Dan
percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan
energi positif dan spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam
momen inilah, dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta
dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-butir
keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa
dan batin kita.
Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian malam,
bentangkanlah sajadah disudut rumah kita, basuhkan air wudhu, dan
tegakkan sholat tahajud dengan penuh keikhlasan. Lalu, ditengah
keheningan yang menentramkan, lantunkanlah harapan positif dan
doa-doa itu dengan penuh keyakinan……Mudah-mudahan kita semua
bisa melangkah menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan. Disini
dan “Disana”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar